Korupsi adalah perbuatan yang merugikan negara dan masyarakat, di mana pejabat atau orang yang memiliki kekuasaan memanfaatkan kewenangan dan jabatannya untuk kepentingan pribadi atau golongan tertentu. Korupsi seringkali diidentikkan dengan tindakan menerima uang atau suap, namun sebenarnya korupsi tidak hanya berkaitan dengan penerimaan uang saja.
Korupsi juga bisa terjadi dalam bentuk lain, seperti penyalahgunaan kekuasaan, nepotisme, kolusi, dan pencucian uang. Misalnya, ketika seorang pejabat memanfaatkan jabatannya untuk memberikan proyek kepada keluarganya tanpa melalui proses lelang yang seharusnya dilakukan, itu juga merupakan bentuk korupsi. Begitu juga jika seorang pejabat menggunakan uang hasil korupsi untuk membeli aset-aset yang tidak sesuai dengan penghasilannya, itu juga termasuk dalam korupsi.
Korupsi juga tidak selalu melibatkan uang tunai, tetapi bisa juga dalam bentuk aset, barang-barang mewah, atau layanan khusus. Misalnya, seorang pejabat menerima mobil mewah sebagai imbalan dari pihak yang ingin mendapatkan keuntungan dari kebijakan yang dia buat, itu juga merupakan bentuk korupsi.
Selain itu, korupsi juga dapat merusak tatanan sosial dan moral masyarakat. Korupsi menciptakan ketidakadilan dalam distribusi sumber daya dan kekayaan, serta mengurangi kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah dan lembaga negara. Korupsi juga dapat menghambat pembangunan ekonomi dan sosial suatu negara, karena sumber daya yang seharusnya digunakan untuk kepentingan rakyat justru disalahgunakan untuk kepentingan pribadi.
Oleh karena itu, korupsi bukan hanya soal menerima uang saja, tetapi juga berkaitan dengan penyalahgunaan kekuasaan, nepotisme, kolusi, dan pencucian uang. Untuk itu, perlu adanya kesadaran dan komitmen bersama dari seluruh elemen masyarakat untuk memberantas korupsi dari akar-akarnya. Hanya dengan upaya bersama dan penegakan hukum yang tegas, kita dapat mewujudkan negara yang bersih dari korupsi dan mampu memberikan keadilan bagi seluruh rakyatnya.
