Sejarah ABRI, bergabungnya TNI dan Polri adalah sebuah peristiwa penting dalam sejarah Indonesia yang menandai pembentukan kekuatan militer yang kuat dan bersatu. ABRI, atau Angkatan Bersenjata Republik Indonesia, merupakan gabungan dari Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan Kepolisian Republik Indonesia (Polri).
Sejarah ABRI dimulai pada masa kemerdekaan Indonesia, ketika TNI dan Polri dibentuk untuk melindungi negara dari ancaman dalam dan luar negeri. TNI bertanggung jawab untuk menjaga keamanan dan pertahanan negara, sementara Polri bertugas sebagai penegak hukum dan penjaga ketertiban masyarakat.
Pada awalnya, TNI dan Polri beroperasi secara terpisah dengan struktur komando yang berbeda. Namun, pada tahun 1985, Presiden Soeharto memutuskan untuk menyatukan kedua institusi tersebut di bawah satu komando tunggal, yaitu ABRI. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan koordinasi dan efisiensi dalam menjaga keamanan dan ketertiban di Indonesia.
Bergabungnya TNI dan Polri dalam ABRI juga dilakukan untuk menghindari adanya gesekan dan persaingan antara kedua institusi tersebut. Dengan adanya komando tunggal, TNI dan Polri dapat bekerja secara sinergis dalam melaksanakan tugas-tugasnya demi kepentingan negara dan masyarakat.
Sejak bergabungnya TNI dan Polri dalam ABRI, kekuatan militer Indonesia semakin berkembang dan menjadi salah satu kekuatan militer terbesar di Asia Tenggara. ABRI juga telah terlibat dalam berbagai operasi militer dan penegakan hukum di dalam maupun di luar negeri, yang menunjukkan keberhasilan dan profesionalisme dalam melaksanakan tugasnya.
Dengan sejarah ABRI yang panjang dan prestasinya yang gemilang, tidak diragukan lagi bahwa TNI dan Polri merupakan pilar utama dalam menjaga keamanan dan ketertiban di Indonesia. Bergabungnya kedua institusi ini dalam ABRI telah membuktikan bahwa persatuan dan kerjasama adalah kunci keberhasilan dalam membangun negara yang kuat dan bersatu.